FORMAT
DOKUMENTASI
REKAM MEDIS
MAKALAH
Untuk
memenuhi tugas matakuliah
Manajemen Rekam Medis
yang
dibina oleh Bapak Ach. Zani Pitoyo, M.Kes, MMRS
Oleh
Aninda
Hasri Ainun Nisak (P17410181011)
POLITEKNIK
KESEHATAN MALANG
JURUSAN
KESEHATAN TERAPAN
D3 PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
Maret 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dokumentasi
............................................................................ 3
2.2 Teknik Dokumentasi ............................................................................. 9
2.3 Model Dokumentasi ............................................................................ 12
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2
Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan (1) latar
belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan. Berikut ini penjelasan
masing-masing sub bahasan tersebut.
1.1
Latar
Belakang
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah
diberikan, serta tindakan dan pelayannan lainnya yang telah diberikan kepada
pasien. Catatan ini sangat penting dalam pelayanan kesehatan, dalam catatan ini
menekankandan mencerminkan perawatan khusus yang diberikan oleh tiap pemberi pelayanan
kesehatan. Isi tersebut harus sesuai fakta. Isi dalam rekam medis ini berupa
catatan yang terdiri dari identitas, pemeriksaan, diagnosis penyakit,
pengobatan, dan tindakan terhadap pasien.
Dokumen
adalah kelengkapan dari catatan tersebut misalnya foto rontgen, hasil pemeriksaan laboratorium dan keterangan lain sesuai kompetensi. Berdasarkan penjelasan diatas
dokumentasi merupakan kegiatan dan catatan, pemeliharaan
dan proses komunikasi terhadap informasi yang berkaitan
dengan pengelolahan pasien guna mempertahankansejumlah fakta dari suatu
kejadian dalam suatu-waktu.
Jadi dokumentasi rekam medis mempunyai fungsi yang sangat penting baik
dalam bentuk rekaman, tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan
oleh pemberi pelayanan medik. Dokumentasi ini nantinya akan dapat dipertanggung
jawabkan keberadaannya. Dokumentasi ini memiliki peran penting dalam dunia
kesehatan dan berkembang mengiringi perkembangan ilmu kedokteran yang pada
awalnya untuk membantu mengingat para dokter dalam pelayanan kepada pasien.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dokumentasi ini penting dalam dunia
kesehatan, seandainya terjadi kecelakaan medis, kejadian buruk, hasil yang
merugikan , atau
malpraktek, rekam medis yang disimpan dengan baik merupakan modal yang sangat
penting untuk pemberi pelayanan kesehatan. Maka dari itu perlu kita untuk
mengetahui konsep, teknik, dan model dalam pendokumentasian.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep dokumentasi?
2. Apa saja macam-macam teknik pendokumentasian?
3. Apa saja model pendokumentasian?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulisan makalah ini.
1. Untuk
mengetahui tentang konsep dokumentasi.
2. Untuk mengetahui tentang macam-macam teknik pendokumentasian.
3. Untuk mengetahui tentang model pendokumentasian.
BAB
II
PEMBAHASAN
Bab
ini menguraikan (1) konsep dokumentasi, (2) teknik pendokumentasian, (3) model
pendokumentasian. Berikut ini penjelasan masing-masing subbahasan tersebut.
2.1 Konsep
Dokumentasi
2.1.1 Pengertian
Dokumentasi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dokumentasi adalah
surat yang tertulis/tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan
(seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian, dan sebagainya).
Dokumen dalam Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi (offical) dengan tulisan di atasnya.
Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi data atau
fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan. Secara umum dokumentasi dapat
diartikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat asli yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
2.1.2
Tujuan Dokumentasi
Adapun tujuan dokumentasi kebidanan menurut Muslihatun,
Mudlilah, dan Setiyawati (2009) adalah sebagai sarana komunikasi. Komunikasi
terjadi dalam tiga arah sebagai berikut.
1. Ke bawah untuk
melakukan instruksi
2. Ke atas untuk member
laporan
3. Ke samping (lateral)
untuk member saran.
Tujuan dokumentasi yang
lain adalah :
1. Sebagai
acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai
permasalahan yangmungkin dialami oleh klien berkaitan dengan pelayanan yang
diberikan.
2.
Sebagai tanggung jawab
dan tanggung gugat.
Bidan diharuskan mencatat segala
tindakan yang dilakukan terhadap pasien sebagai upaya untuk melindungi pasien
terhadap kualitas pelayanan kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap
keamanan bidan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini penting berkaitan dengan
langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern,
artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap
pelayanan yang diterima secara hukum.
3.
Sebagai informasi
statistik.
Data statistik dari dokumentasi
kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM,
sarana, prasarana, dan teknis. Penting kiranya untuk terus menerus memberi
informasi kepada orang tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan,
serta segala perubahan dalam pekerjaan yang telah ditetapkan.
4.
Sebagai sarana
pendidikan.
Dokumentasi asuhan kebidanan yang
dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa kebidanan maupun
siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan
pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.
5.
Sebagai sumber data
penelitian.
Informasi yang ditulis dalam
dokumentasi dapat digunakan sebagai sember data penelitian. Hal ini erat
kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan,
sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan
dan kebidanan yang aman, efektif, dan etis.
6.
Sebagai jaminan kualitas
pelayanan kesehatan.
Melalui dokumentasi yang diakukan
dengan baik dan benar, diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat
dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan
pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi
yang kontinu, akurat, dan rutin baik yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga
kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu
akreditasi pelayanan kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.
7.
Sebagai sumber data
asuhan kebidanan berkelanjutan.
Dengan dokumentasi akan
didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh asuhan kebidanan
yang dilakukan.
8.
Untuk menetapkan prosedur
dan standar.
Prosedur menentukan rangkaian
kegiatan yang akan dilaksanakan, sedangkan standar menentukan aturan yang akan
dianut dalam menjalankan prosedur tersebut.
9.
Untuk mencatat.
Dokumentasi akan diperlukan untuk
memonitor kinerja peralatan, sistem, dan sumber daya manusia. Dari dokumentasi
ini, manajemen dapat memutuskan atau menilai apakah departemen tersebut
memenuhi atau mencapai tujuannya dalam skala waktu dan batasan sumber dayanya.
Selain itu manajemen dapat mengukur kualitas pekerjaan, yaitu apakah outputnya
sesuai dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan.
10.
Untuk memberi instruksi.
Dokumentasi yang baik akan
membantu dalam pelatihan untuk tujuan penanganan instalasi baru atau untuk
tujuan promosi.
2.1.3
Fungsi Dokumentasi
Fungsi dokumentasi antara
lain yaitu :
1.
Bentuk tanggung jawab
profesi rekam medis
2.
Tanggung jawab legal
terhadap pasien
3.
Informasi untuk
perlindungan tim kesehatan
4.
Pemenuhan pelayanan
Standar
5.
Sebagai sumber dari
statistik untuk standarisasi
6.
Sumber informasi untuk
data wajib
7.
Komunikasi untuk konsep
menejemen resiko
8.
Informasi untuk
pendidikan, pengalaman belajar
9.
Perlindungan hak pasien
10.
Mendokumentasikan
tanggung jawab professional dan memelihara kerahasiaan
11.
Dokumen untuk menjamin
penggantian biaya kesehatan
12.
Dokumen untuk perencanaan
pelayanan dimasa yang akan datang.
2.1.4
Manfaat Dokumentasi
Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010) juga mengungkapkan
bahwa manfaat dari dokumentasi adalah sebagai berikut.
1.
Aspek administrasi,
terdapatnya dokumentasi kebidanan yang berisi tentang tindakan bidan,
berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga media dan paramedis
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2.
Aspek medis, dokumentasi
yang berisi catatan yang dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
3.
Aspek hukum, melalui
dokumentasi maka terdapat jaminan kepastian hukum dan penyediaan bahan tanda
bukti untuk menegakkan keadilan, karena semua catatan tentang pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Hal tersebut sangat bermanfaat apabila
dijumpai suatu masalah yang berhubungan dengan profesi bidan, dimana bidan sebagai
pemberi ijasah dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan
sewaktu waktu, karena dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan, maka
dalam pencatatan data, data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas,
obyektif dan ditandatangani oleh bidan.
4.
Aspek keuangan, dengan
adanya dokumentasi kebidanan berisi data atau informasi pasien. Hal ini dapat
dipergunakan sebagai data dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
melalui studi dokumentasi.
5.
Aspek penelitian,
dokumentasi kebidanan berisi data atau informasi pasien. Hal ini dapat
dipergunakan sebagai data dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
melalui studi dokumentasi.
6.
Aspek pendidikan,
dokumentasi kebidanan berisi data informasi tentang perkembangan kronologis dan
kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Maka informasi tersebut
dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pendidikan.
7.
Aspek dokumentasi, berisi
sumber informasi yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggungjawaban dalam proses dan laporan pelayanan kesehatan.
8.
Aspek jaminan mutu,
pengorganisasian data pasien yang lengkap dan akurat melalui dokumentasi
kebidanan akan memberikan kemudahan bagi bidan dalam membantu menyelesaikan
masalah pasien. Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi bidan dalam membantu penyelesaikan masalah pasien. Selain itu,
juga untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat teratasi dan seberapa
jauh masalah baru dapat di identifikasi dan dimonitor melaui catatan yang
kaurat. Hal ini akan membantu untuk meningkatkan mutu asuhan kebidanan.
9.
Aspek akreditasi, melalui
dokumentasi akan tercermin banyaknya permasalahan pasien yang berhasil diatasi
atau tidak. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tentang tingkat
keberhasilan pemberian asuhan kebidanan yang diberikan guna pembinaan lebih
lanjut. Selain itu dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada pasien. Melalui akreditasi pula kita kita
dapat memantau kualitas layanan kebidanan yang telah diberikan sehubungan
dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
10.
Aspek statistik,
informasi statistik dari dokumentasi dapat membantu suatu institusi untuk
mengantisipasi kebutuhan tenaga dan menyusun rencana sesuai dengan kebutuhan.
11.
Aspek komunikasi,
komunikasi dipakai sebagai koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh
beberapa orang untuk mencegah pemberian informasi yang berulang ulang kepada
pasien oleh anggota tim kesehatan, mengurangi kesalahan dan meningkatkan
ketelitian dalam asuhan kebidanan, membantu tenaga bidan untuk menggunakan
waktu dengan sebaik baiknya, serta mencegah kegiatan yang tumpang tindih.
Sebagai alat komunikasi, dokumentasi dapat mewujudkan pemberian asuhan
kebidanan yang terkoordinasi dengan baik.
2.1.5 Syarat Dokumentasi
1.
Kesederhanaan
(Simplicity)
Penggunaan
kata kata yang sederhana mudah dibaca, mudah dimengerti dan menghindari istilah
yang sulit dipahami.
2.
Keakuratan (Conservatism)
Data
yang diperoleh harus benar benar akurat berdasarkan informasi yang telah
dikumpulkan. Selain itu terdapat kejelasan bahwa data yang diperoleh berasal
dari pasien. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan yang otentik dan akurat
serta terhindar dari kesimpulan yang menyimpang.
3.
Ketepatan (Precision)
Ketepatan
dalam pendokumentasian merupakan syarat mutlak. Untuk memperoleh ketepatan
diperlukan ketelitian penggunaan seperti penilaian gambaran klinis pasien,
hasil laboratorium, pemeriksaan tambahan, pencatatan terhadap setiap rencana
tindakan, pelayanan kesehatan, observasi yang dilakukan pada lembar atau bagan
yang ditentukan, dan kesesuaian hasil pemeriksaan dengan hasil atau intruksi
dokter dan tenaga kesehatan lainnya, dimana kesalahan dikoreksi dengan baik dan
pada tanda bukti pencantuman ditandatangani oleh pihak-pihak yang berwenang.
4.
Kelengkapan
Pencatatan
terhadap semua pelayanan yang diberikan, tanggapan bidan, tanggapan pasien,
alasan pasien dirawat, kunjungan dokter, dan tenaga kesehatan lainnya beserta
advisnya yang terdiri dari 5 atau 7 tahap asuhan kebidanan.
5.
Kejelasan dan
keobjektifan (Irrefutability)
Dokumentasi
kebidanan memerlukan kejelasan dan keobjektifan dari data yang ada, bukan
merupaka data fiktif dan samar yang dapat menimbulkan kerancuan. Data untuk
dokumentasi kebidanan harus logis, jelas, rasional, kronologis, serta
mencantumkan nama dan nomor register. Penulisan dimulai dengan huruf besar dan
setiap penulisan data memiliki identitas dan waktu.
6.
Rahasia (Confidentiality)
2.2 Teknik Pendokumentasian
Teknik
dokumentasi terdiri dari dua topik, yaitu tentang:
1.
Teknik dokumentasi naratif
2.
Teknik dokumentasi flow sheet/check list.
2.2.1 Teknik Dokumentasi
Naratif
Teknik dokumentasi naratif (Narrative Progress Notes) merupakan
teknik yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam
bentuk narasi, yang mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Teknik naratif
merupakan teknik yang paling sering digunakan dan yang paling fleksibel.
Sementara itu, Muslihatun, Mudlilah,
dan Setiyawati (2009) menjelaskan bahwa bentuk naratif merupakan teknik
pencatatan tradisional yang bertahan paling lama serta merupakan sistem
pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber
asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi berorientasi pada
sumber. Sumber atau asal dokumen dapat siapa saja dari petugas kesehatan yang
bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap narasumber memberikan
hasil observasinya menggambarkan aktivitas dan evaluasinya yang unik. Cara
penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologis. Biasanya
kebijakan institusi menggariskan siapa mencatat/melaporkan apa, bagaimana
sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dimana.
Ø Keuntungan
Teknik Dokumentasi Naratif
Menurut Fauziah, Afroh,
Sudarti(2010), keuntungan dokumentasi naratif adalah:
1.
Membuat dokumentasi yang
kronologis sehingga membantu mengintepretasikan atau penafsiran secara
berurutan dari kejadian asuhan/tindakan yang dilakukan (setiap masalah minimal
ditulis satu kali setiap giliran jaga dan setiap masalah di beri nomor sesuai
waktu yang ditemukan).
2.
Memberi kebebasan kepada
petugas (bidan) untuk memilih dan mencatat bagaimana informasi yang akan
dicatat menurut gaya yang disukainya (catatan menunjukkan kredibilitas
profesional).
3.
Membuat dokumentasi yang
kronologis sehingga membantu mengintepretasikan atau penafsiran secara
berurutan dari kejadian asuhan/tindakan yang dilakukan (setiap masalah minimal
ditulis satu kali setiap giliran jaga dan setiap masalah diberi nomor sesuai
waktu yang ditemukan).
4.
Format menyederhanakan
proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan, intervensi, reaksi pasien
dan outcomes (proses pencatatan sederhana).
5.
Bila ditulis secara tepat
dapat mencakup seluruh kondisi pasien.
6.
Mudah dikombinasi dengan
model lain.
Ø Kerugian
Teknik Dokumentasi Naratif
Menurut Muslihatun, Mudlilah dan
Setiyawati (2009),kerugian utama dari teknik pendokumentasian naratif ini
adalah catatan kurang terstruktur. Hampir semua catatan naratif tidak teratur,
berpindah-pindah dari satu masalah ke masalah lain tanpa penghubung yang jelas,
sehingga hubungan antar data sulit ditemukan.
Catatan ini juga hanya berorientasi
pada tugas dan cenderung menghabiskan banyak waktu. Tidak selalu mencerminkan
pemikiran yang kritis, tidak bisa membantu membuat keputusan, tidak bisa
menambah kemampuan bidan menganalisis dan membuat kesimpulan yang tepat.
Catatan naratif ini memungkinkan terjadinya kumpulan informasi yang
terpecahpecah, terputus dan berlebihan sehingga informasi menjadi tidak
berarti. Kadang-kadang sulit mendapatkan kembali informasi tentang pasien tanpa
melihat ulang seluruh atau sebagian besar catatan pasien tersebut. Mengabadikan
sistem "pesan yang terpendam”, yaitu data yang ingin dimunculkan, justru
tidak tampak nyata. Perlu melihat kembali data awal masing-masing sumber untuk
menentukan gambaran pasien secara menyeluruh. Membutuhkan waktu lama untuk
mendokumentasikan masing-masing pasien, karena teknik yang terbuka ini
memerlukan kehati-hatian saat menyelaraskan semua informasi yang berasal dari
masing-masing sumber. Rangkaian peristiwa bisa lebih sulit diinterpretasikan
karena data yang berkaitan mungkin tidak diletakkan pada tempat yang sama.
Perlu waktu lama untuk mengikuti perkembangan dan kondisi akhir pasien.
2.2.2 Teknik Dokumentasi Flow Sheet
Berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Wildan dan Hidayat (2009), teknik dokumentasi flow sheet (lembar alur)
adalah bentuk catatan perkembangan aktual yang dirancang untuk memperoleh
informasi dari pasien secara spesifik menurut parameter yang telah ditentukan
sebelumnya. Flow sheet memungkinkan petugas untuk mencatat hasil observasi atau
pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara
naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi, pernafasan, suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam
24 jam dan pemberian obat. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling
efisien untuk mencatat informasi, selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah
mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow
sheet. Flow sheet atau checklist biasanya lebih sering digunakan di unit gawat
darurat.
Lembar alur yang unik, berupa
kesimpulan penemuan , termasuk flowsheet instruksi dokter/perawat, grafik,
catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien. Rangkaian informasi dalam
sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan format khusus
pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah
terdaftar. Flow sheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu.
Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar
masalah, flowsheet dan catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk
dokumentasi pasien yang adekuat/memadai.
Ø Keuntungan
Teknik Dokumentasi Flow Sheet
Berdasarkan pendapat Muslihatun,
Mudlilah dan Setiyawati (2009), keuntungan teknik pendokumentasian flow sheet
adalah sebagai berikut.
1.
Meningkatkan kualitas
pencatatan observasi.
2.
Memperkuat aspek legal.
3.
Memperkuat atau
menghargai standar asuhan.
4.
Menjadikan dokumentasi
kebidanan lebih tepat.
5.
Mengurangi fragmentasi
data pasien dan asuhan.
6.
Membatasi narasi yang
terlalu luas.
Sedangkan menurut Fauziah, Afroh,
dan Sudarti (2010) keuntungan dokumentasi flow sheet adalah:
1. Meningkatkan
kualitas catatan.
2. Lebih
mudah dibaca.
3. Memperkuat
standar asuhan.
4. Dokumentasi
lebih tepat.
5. Mengurangi
adanya fragmentasi data, data mudah diperoleh.
6. Memungkinkan untuk melakukan perbandingan data
beberapa periode.
7. Informasi
yang dicatat benar-benar yang bermanfaat dan legal.
8. Narasi
sedikit.
Ø Kerugian
Teknik Dokumentasi Flow Sheet
Menurut Muslihatun, Mudlilah dan
Setiyawati (2009),kerugian utama dari teknik pendokumentasian flow sheet ini
adalah:
1. Catatan
medik pasien menjadi lebih banyak, sehingga menimbulkan masalah pada saat
penggunaan dan penyimpanan.
2. Potensial
terjadi duplikasi catatan, antara lain catatan perawatan di ruang ICU dan
catatan pengobatan.
3. Desain
ini memungkinkan adanya bagian yang tidak diisi. Bagian yang kosong ini
potensial menimbulkan kesalahan saat melakukan interpretasi dan memunculkan
tanda tanya.
4. Keterbatasan
ruang untuk melakukan pencatatan secara menyeluruh terhadap kejadian luar
biasa.
5. Adanya
penolakan terhadap penggunaan model flow sheet.
2.3 Model Pendokumentasian
Model
dokumentasi adalah cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan.
Terdiri
dari model dokumentasi berikut ini.
1. Model
Dokumentasi Problem Oriented Report (POR).
2. Model
Dokumentasi Source Oriented Record (SOR).
3. Model
Dokumentasi Model charting by expection.
4. Model
Dokumentasi Kardeks
Ø Tipe Format Rekam Medis
1. Source Oriented Medical
Record (SOMR)
Format rekam medis berdasarkan
sumber pelayanan. Setiap lembar disusun berdasarkan tanggal yang disusun secara
kronologis di nurse station. SOMR merupakan model rekam medis berorientasi
sumber pelayanan, jadi setiap unit pada sarana pelayanan kesehatan menyimpan
dan mengisi masing-masing rekaman atau data tentang pelayanan yang sudah
diberikan pada pasien tanpa melihat atau mempelajari rekaman atau catatan dari
unit pelayanan yang lain. Kelebihan dari sistem ini adalah mudah mengevaluasi
setiap unit pelayanan. Kekurangannya, jika dokter atau tenaga medis membutuhkan
data medis pasien maka akan sulit mendapatkannya karena terpisah di berbagai
tempat sehingga memakan waktu dan sumber daya.
v Kelebihan
dari SOMR :
ü Terorganisir
berdasarkan setiap sumber pelayanan
ü Memudahkan
untuk menentukan penilaian bagi setiap pemberi yankes.
v Kekurangan
dari SOMR :
ü Tidak
mungkin untuk menentukan secara cepat masalah dan pengobatan yang telah
diberikan kepada pasien pada suatu waktu oleh karena data terkumpul berdasarkan
pelayanan yang diberikan bukan berdasarkan masalah / problem atau integrasi
dari waktu berikutnya.
2.
Problem
Oriented Medical Record (POMR)
Merupakan
format rekam medis berdasarkan masalah. Dokter menyimpulkan dan mengikuti
setiap problem klinis secara individu (sendiri-sendiri) dan memecahkan masalah
tersebut secara bersama-sama.
POMR
mempunyai 4 bagian :
1.
Data Base (data dasar),
Harus ada pada setiap pasien, termasuk keluhan utama, penyakit sekarang, data
sosial yang terkait, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan data laboratorium.
2.
Problem list (Daftar
masalah), Merupakan masalah-masalah yang telah diketahui dokter seperti
gejala-gejala, temuan abnormal, temuan secara fisiologi dan diagnosis khusus.
3.
The Initial Plans
(Rencana awal), Rencana awal ini menyelesaikan apa yang akan dilakukan untuk
mempelajari lebih mendalam mengenai kondisi pasien, pengobatan pasien, dan
memberi penjelasan kepada pasien mengenai keadaannya.
4. Progress
Note (Catatan perkembangan), Follow Up dari setiap masalah, mengindikasikan :
apa yang terjadi pada pasien, apa yang direncanakan untuk pasien, bagaimana
reaksi pasien terhadap terapi yang diberikan.
vKelebihan
dari POMR
ü Dokter
diharapkan untuk mempertimbangkan seluruh problem pasien dalam segala keadaan.
ü Catatan
jelas.
ü Mengidentifikasikan
tujuan dan metode pengobatan.
ü Pendidikan
Medis (Lengkapnya catatan dari dokter)
ü Proses
menjaga mutu lebih mudah sebab data telah tersusun.
vKekurangan
dari POMR
ü Pelatihan
dan tanggung jawab tambahan bagi staf profesional dan staf medis.
ü Tidak
banyak fasilitas pelayanan akut melaksanakan POMR secara penuh, banyak dari
profesional kesehatan menggunakan SOAP form dari Progress Notes.
3.
Integrated
Medical Record (IMR)
IMR merupakan format rekam medis
berdasarkan kronologis. Di Nurse Station disusun dengan yang terbaru disusun di
paling atas dan pada saat pulang disusun kembali dari awal sampai akhir, Kunci
dari IMR adalah seluruh sumber pemberi pelayanan dijadikan satu. Ada beberapa
variasi IMR namun pada umumnya integrasi catatan perkembangan (Progress notes)
semua pelayanan membuat catatan pada form yang sama.
v Kelebihan
dari IMR
ü Perkembangan
pasien dapat diketahui secara cepat, oleh karena seluruh catatan disatukan.
Mengurangi jumlah form dan mendorong pelayanan kesehatan bekerja secara tim.
v Kekurangan
dari IMR
ü Sulit
mengidentifikasi pekerjaan perorangan, kecuali catatan yang biasanya ada titel
dari pencatat dan dokter sering merasa catatan hanya menitik beratkan pada
kebiasaan untuk membedakannya dengan profesi lain yang memberikan pelayanan
kepada pasien.
ü Keputusan
untuk menentukan format RM adalah oleh staf medis dengan persetujuan komite RM.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendokumentasian
merupakan sebuah upaya untuk mengabadikan atau pengarsipkan suatu bentuk
kegiatan yang dimana pendokumentasian ini sebagai bentuk bukti atas
terselengaranya suatu kegiatan dalam bentuk otentik atau surat-surat yang
tertulis/tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan asli yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Isi rekam medis dipengaruhi oleh bentuk pelayanan
kesehatan (pelayanan rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat), bentuk
klasifikasi jenis pelayanan (umum atau khusus), dan bentuk status kepemilikan
sarana pelayanan kesehatan (swasta atau pemerintah pusat/daerah), serta tipe
format rekam medis ( SOMR, POMR dan IMR).
Perbedaan SOMR dengan IMR SOMR merupakan format rekam
medis berdasarkan sumber, satu dokter spesialis mempunyai lembaran sendiri.
Sedangkan IMR merupakan format rekam medis berdasarkan kronologis, semua dokter
memiliki rekam medis yang sama dalam satu lembar.
Perbedaan POMR dengan IMR POMR merupakan format
rekam medis berdasarkan masalah, membutuhkan banyak form, dokter menyimpulkan
dan mengikuti problem klinis secara individu (sendiri-sendiri). Sedangkan IMR
merupakan format rekam medis berdasarkan kronologis, mengurangi jumlah form
karena semua pemberi pelayanan membuat catatan pada form yang sama dan
mendorong pelayanan kesehatan bekerja secara tim.
DAFTAR RUJUKAN
Handayani, S. R.,
& Utami, S. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.
Hilda, S., Poppy,
& Safitri, N. (2013, Januari). Isi dan Struktur Rekam Medis.
Retrieved from https://nanopdf.com/download/tugas-3-rm-online-1-klpk-7_pdf.
Subiyatin, A.
(2017). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Jakarta.
Komentar
Posting Komentar