BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. Diciptakan dari
saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnya
menjadi wujud yang sekarang ini. Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain adalah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang
membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup,
kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra: 70. Selain
itu, ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia
berbeda dari sesama manusia, yaitu hati. Jika hati manusia itu kotor,
derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT. Namun sebaliknya jika
hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor tentu derajatnya akan
ditinggikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk Allah SWT tentu manusia selain
memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah
pada Allah SWT yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun
yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT. Adapun tanggung
jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai
khalifatullah dan sebagai abdi/ hamba Allah SWT.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa
yang dimaksud dengan hakikat manusia?
1.2.2
Apa
yang dimaksud dengan martabat manusia?
1.2.3
Apa
yang dimaksud tanggung jawab manusia?
1.3
Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui penjelasan mengenai hakikat manusia.
1.3.2
Untuk mengetahui penjelasan mengenai martabat manusia
1.3.3
Untuk mengetahui penjelasan mengenai tanggung jawab
manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah
SWT yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan
pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan
perbuatan yang tidak dilakukan.
Manusia
bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negartif) untuk
diri mereka
sendiri. Secara
umum manusia sebagai
makhluk pribadi dan makhluk sosial, karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia
perlu bantuan dari orang lain.
Adapun
beberapa definisi manusia menurut para ahli, yaitu :
1)
ABINENO J. I
Manusia adalah "tubuh yang
berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam
tubuh yang fana".
2)
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari
unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik.
3)
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis
dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
4)
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling
mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang
memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan
Dalam Al-Quran manusia
dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain Al- Insaan, Al-Naas, Al-Abd, Bani Adam, dan sebagainya. Al-Insaan berarti suka, senang, jinak,
ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-Naas berarti manusia (jama’). Al-Abd berarti manusia sebagai hamba
Allah. Bani Adam
berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam. Namun dalam
Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah
selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu
Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu
diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu
surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari, meneliti, memikirkan, dan menganalisanya. Tidak
menerima mentah demikian saja. Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu
peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan mendalam. Kemudian
dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium sebagai perbandingan,
untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Allah dan mana
yang telah mendapat pengaruh lingkungan. Hasil
peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia
terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.
2.2 Hakikat
Manusia
Hakikat
manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah, akal, kalbu,
kemauan serta amanah. Manusia dengan segenap potensi (kemampuan) kejiwaan
naluriah, seperti akal pikiran, kalbu kemauan yang ditunjang dengan kemampuan
jasmaniahnya, manusia akan mampu melaksanakan amanah Allah dengan
sebaik-baiknya sehingga mencapai derajat manusia yang sempurna (beriman,
berilmu dan beramal) manakala manusia memiliki kemaunan serta kemampuan
menggunakan dan mengembangkan segenap kemampuan karunia Allah tersebut. Dr. Ali
Syari’ati dalam buku yang berjudul “Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat menyatakan
bahwa, “ manusia adalah makhluk satu-satunya di alam semesta ini yang memiliki
Ruh Ilahi dan bertanggung jawab atas amanat Allah, serta berkewajiban berakhlak
dengan akhlak Allah”[1]. Salah satu
upaya dalam rangka memberdayakan manusia yang berkualitas bajik, terampil serta
berkepribadian dan berakhlak luhur adalah dengan melalui pendidikan. Dengan
demikian manusia sebagai makhluk yang memiliki fitrah, akal, kalbu, kemauan
serta amanah.
2.2.1 Hakikat
Manusia Menurut Pandangan Islam
Penciptaan manusia terdiri dari bentuk
jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan
Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh sebuah intelegensi
sentral atau total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh
kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis.
Sedangkan, binatang, tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun
barangkali memiliki kepekaan tentang yang sakral.
Manusia perlu mengenali hakikat
dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai alam dan jagad raya yang
maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke-Maha Perkasaan Allah dalam mencipta dan
mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam
kesadaran akan hakekat dirinya, manusia menjadi mampu memberi arti dan makna
hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah-perintah dan
berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia
menurut pandangan Islam:
1. Manusia adalah Makhluk
Ciptaan Allah SWT.
Hakekat
pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat baru,
sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan
meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang
ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena
adanya sendiri.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan
manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air
mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan
yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”
Firman
tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa hanya
manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang istrinya
diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia
berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang
ayah, yang dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di
dalam rahim.
Hakikat
pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya sebagai ciptaan
Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang
konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang
bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
2. Kemandirian dan
Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
Kemanunggalan
tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri individu yang
berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri
masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di
dalam kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk
mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka
berbeda dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189:
هو الذي خلقكم من
نفس واحدة
“Dialah yang menciptakanmu dari satu
diri”
Firman tersebut jelas
menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam merealisasikan dirinya
melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia yang mampu
mensyukurinya dan menjadi beriman.
Di
dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan
sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:
“Seorang dari kamu tidak beriman
sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan
oleh Bukhari)
“Senyummu
kepada kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh
Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu
manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin
hubungan manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai
Allah SWT. Selain itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani
hidup bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam
perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah
bersaudara satu dengan yang lain.
3. Manusia Merupakan
Makhluk yang Terbatas.
Manusia
memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self
realization), baik sebagai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk
social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang
membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang
melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan Allah SWT. Keterbatasan itu
berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada
makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke
pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam
berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama
tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:
واذ اخذ ربك من بني
ادم من ظهورهم ذريتهم واشدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا
“Dan
ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”
Kesaksian
tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai individu
bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi akan
menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas menyembah
sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur hanya akan
mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.
2.2.2 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Psikis
Menurut Imam Ghazali ada empat unsur-unsur kejiwaan pada manusia,
yaitu:
a.
Qalbu
Qalbu mempunyai
dua arti yaitu fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti fisik adalah jantung, berupa segumpal
daging berbentuk lonjong, terletak di dalam dada sebelah kiri. Sedangkan dalam
arti metafisik dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus, bersifat ruhaniyah
dan ketuhanan, yang mempunyai hubungan dengan jantung. Qalbu yang halus dan
indah inilah hakikat kemanusiaan yang mengenal dan mengetahui segalanya, serta
menjadi sasaran perintah, cela, hukuman dan tuntutan Tuhan.
b.
Kognisi ruh
Yang diartikan sebagai “nyawa” atau sumber hidup dan
diartikan sebagai suatu yang halus dan indah dalam diri manusia yang mengetahui
dan mengenal segalanya seperti halnya qalbu dalam arti metafisik.
c.
Nafsu
Nafsu terbagi
menjadi tiga yaitu nafsu mutmainnah yang memberi ketenangan
batin,nafsu amarah yang mendorong kepada tindakan negatif, nafsu
lawwamah yang menyadarkan manusia dari kesalahan hingga timbul penyesalan.
Nafsu mencakup gejala ambang sadar dan yang berada di bawah ambang sadar.
Sedangkan qalbu sebagai wadah dari gejala ambang sadar manusia.
d.
Akal
Yaitu daya
pikir atau potensi intelligensi manusia yang mencakup dorongan moral untuk
melakukan kebaikan dan menghindarkan dari kesalahan karena adanya kemampuan
manusia untuk berpikir dan memahami persoalan.
2.2.3 Hakikat Manusia Dalam Wujud dan Sifatnya
Mengenai wujud sifat
hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan), akan dipaparkan oleh paham
eksistensialisme dengan tujuan agar menjadi masukan dalam membenahi konsep
pendidikan, yaitu:
-
Kemampuan
Menyadari Diri
-
Kemampuan
Bereksistensi
-
Kata Hati
-
Moral
-
Tanggung
Jawab
-
Rasa Kebebasan
-
Kewajiban dan Hak
-
Kemampuan
Menghayati Kebahagian
2.2.4 Jenis-jenis Hakikat Manusia Secara
Umum
1.
Kodrat adalah sesutau yang tidak bisa
dirubah atau sifat pembawaan alamiah yang terjelma dalam diri manusia itu
ketika diciptakan oleh tuhan.
2.
Harkat adalah nilai manusia sebagai
mahluk tuhan yang di bekali cipta, rasa, karsa dan hak-hak serta kewajiban
assasi manusia.
3.
Martabat adalah tingkatan harkat
kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat
4.
Hak asasi adalah sesuatu atau sebuah
anugrah yang diberikan oleh tuhan kepada umatnya dari kita lahir.
5.
Kewajiban manusia terhadap Tuhan yang Maha
Esa yaitu:
a) Menganut
agama
b) Beribadah
kepada tuhan
c) Menunaikan tugas yang di perintah oleh
tuhan dan menjauhi
larangannya.
6.
Kewajiban manusia terhadap diri
sendiri yaitu:
a) Menjaga
diri sendiri baik fisik maupun mental
b) Menjaga
nama baik sendiri
c) Mengembangkan
potensi yang ada pada diri kita sendiri.
7. Kewajiban manusia terhadap sesama
mahluk hidup yaitu:
a) Saling
membantu satu sama lain (siamotutiprateli)
b) Toleransi
terhadap orang lain
c) Saling
menghargai satu sama lain
d) Intinya
kita semua saudara
8. Kewajiban manusia terhadap negara dan
bangsa yaitu:
a)
Membentuk karakter atau diri individu
berdasarkan pancasila
b) Kesadaran diri wajib bela negara atau
bangsa
c) Mengabdi kepada manusia sesuai propesi
d) Mengikuti pendidikan kewarganegaraan
2.3 Martabat
Manusia
Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat
yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan
manusia itu lebih tinggi dan lebth terhormat dibandingican dengan makhluk
lainnya.
2.3.1 Martabat ManusiaMenurut
Agama Islam
Martabat
adalah harga diri tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat, dan martabat
saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah secara dasarnya
maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalik-Nya, yang
juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya
pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Maqam ini terdiri dari beberapa
tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan
pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam thariqat
naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan
nama martabat
tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya
melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam ini
setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan
tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir
pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba
di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai berikut :
- Taubat;
- Memelihara
diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
- Merasa
miskin diri dari segalanya;
- Meninggalkan
akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha
esa;
- Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
- Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal
kepadaNya;
- Melazimkan muraqabah (mengawasi atau
instropeksi diri);
- Melazimkan renungan terhadap kebesaran
Allah Swt;
- Meningkatkan hampir atau kedekatan diri
terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan kepadaNya;
- Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya
kepada Allah Swt saja.
2.4 Tanggung Jawab Manusia
Tanggung
jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
2.4.1 Tanggung Jawab Manusia Menurut Agama
Islam
Tanggung jawab
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja
maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.
Makna
yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada
Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada
kebenaran dan keadilan.
Sebagai
hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq;
menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba
(budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas
segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abdi, kewajiban
manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
الْقَيِّمَةِ دِينُ وَذَلِكَ الزَّكَاةَ تُوا وَيُؤْ الصَّلاةَ
وَيُقِيمُوا حُنَفَاءَ الدِّينَ لَهُ مُخْلِصِي اللَّهَ لِيَعْبُدُوا إِلا
أُمِرُوا وَمَا
Artinya “Padahal mereka tidak
disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya,
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” – (QS.98:5)
Tanggung jawab abdi Allah terhadap dirinya adalah
memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam
istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang
bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung
jawab terhadap keluarga . tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan
dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri
berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu dalam
al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah
dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).
2.4.2 Tanggung
Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus dipertanggung
jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah
tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia
menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat
kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah dan mendayagunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu
hokum-hukumTuhan baik yang tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang
tersirat dalam kandungan pada setiap gejala alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu dia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya dihadapan
yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam surat fathir : 39.
“Dia-lah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat)
kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka”.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi,
ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari
kiamat:
I.
Memakmurkan Bumi (Al ‘Imarah).
Yakni dengan mengeksploitasi alam dengan
sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak
punah, supaya generasi berikutnya dapat melanjutkan exploitasi itu.
II.
Ar Ri’ayah
Memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang
datang dari pihak manapun (ar ri’ayah). Melihara bumi dalam arti luas
termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya
manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan
alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat
potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan ‘abdun merupakan keterpaduan
tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan
kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-nilai
kebenaran.
Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap
muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan
lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh
ketingkat yang paling rendah, seperti firman Allah.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.” – (QS.95:4)
2.4.3 MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
a. Tanggung
Jawab Terhadap Tuhan.
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa
tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupan manusia agar tanggung jawab
langsung terhadap tuhan.Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari
hukuman-hukuman tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui
berbagai macam jenis agama. Menerima hukuman di akhirat nanti atas apa yang
telah kita lakukan selama hidup didunia ini.
b.
Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri itu menuntut
kesadaran akan diri kita untuk memenuhi kewajiban sendiri dan mengembangkankepribadian
sebagai manusiapribadi. Apa yang
telah kita lakukan harus menerima resikonya sendiri.
c.
Tanggung Jawab Terhadap Keluarga.
Keluarga merupakan masyarakat kecil.Tiap anggota
keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini
menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan
kesejaterahaan ,keselamatan,pendidikan dan kehidupan. Sebagai anggota keluarga
kita harus saling menjaga nama baik keluarga dengan sikap dan perbuatan yang
kita lakukan di dalam kehidupan bermasyarakat.
d.
Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat.
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
orang lain karena manusia kedudukannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
manusia lain maka kita harus berkomunikasi denganmanusia lain tersebut.
Berinteraksi didalam suatu kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan karena itu
bisa membuat kita saling mengenal satu dengan yang lainnya.
e.
Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan
lagi bahwa tiap manusia, tiap individu adalah suatu warga negara.Dalam
berpikir, berbuat, bertindak, dan bertingkah laku manusia terikat oleh
norma-norma yang di buat oleh negara.Manusia tidak dapat berbuat semaunya
sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab
kepada Negara atas apa yang telah ia perbuat. Kita harus menjaga nama baik
bangsa dan negara kita sendiri dengan prestasi-prestasi anak bangsa.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat manusia adalah
makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki fitrah, akal, kalbu, kemauan serta
amanah. Manusia dengan segenap potensi (kemampuan) kejiwaan naluriah, seperti
akal pikiran, kalbu kemauan yang ditunjang dengan kemampuan jasmaniahnya,
manusia akan mampu melaksanakan amanah Allah dengan sebaik-baiknya sehingga
mencapai derajat manusia yang sempurna (beriman, berilmu dan beramal) manakala
manusia memiliki kemaunan serta kemampuan menggunakan dan mengembangkan segenap
kemampuan karunia Allah tersebut.
Martabat
manusia adalah harga diri/kedudukan manusia di muka bumi yaitu sebagai makhuk
ciptaan Allah yang paling sempurna dan derajatnya lebih tinggi daripada makhluk
yang lain. Martabat manusia yang paling sempurna dan lebih tinggi disebabkan
karena manusia diberi akal dan hati nurani oleh Allah SWT.
Tanggung
jawab manusia adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia karena
kemampuannya dan martabat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan
lebih tinggi adalah sebagai hamba/abdi Allah dan khalifah di muka bumi. Sebagai
hamba Allah, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Allah, menaati
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai khalifah Allah manusia
memiliki tugas sebagai pemimpin, wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam.
3.2 Saran
Sebagai
makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan dibandingan dengan makhluk
lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai
cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita.
Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka
mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di
bumi. Martabat manusia yang
paling sempurna dan lebih tinggi disebabkan karena manusia diberi akal dan hati
nurani oleh Allah SWT. Sebagai hamba Allah, tugas utama manusia adalah mengabdi
(beribadah) kepada Allah, menaati perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Sebagai khalifah Allah manusia memiliki tugas sebagai pemimpin, wakil
Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
DAFTAR PUSTAKA
·
Kartika. 2014. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Umum (online). (http://kartika-d.blogspot.com/2014/05/hakikat-manusia-menurut-pandangan-umum.html.) diakses 7 Agustus 2018
·
Febrykhia,
Bella. 2013. Harkat dan Martabat Manusia (online). (http://bellafebryskhiaputri.blogspot.com/2013/01/harkat-dan-martabat-manusia.html.) diakses 6 Agustus 2018
·
Marlinara.
2013. Hakikat Manusia Prespektif Islam (online). (http://marlinara.blogspot.com/2013/01/hakekat-manusia-prespektif-islam.html) diakses 6 Agustus 2018
·
Hermalis,
Tria. 2013. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah (online). (https://jurnob2012.wordpress.com/2013/05/17/tanggung-jawab-manusia-sebagai-hamba-dan-khalifah-allah.html) diakses 6 Agustus 2018
·
Sholihin,
Mad. 2016. Hakekat Manusia Dalam Pendidikan Islam (online). (http://rudi-stain-krc.blogspot.com/2009/02/harkat-dan-manusia-hmm-dan.html.) diakses 6 Agustus 2018
Komentar
Posting Komentar